Monday, October 10, 2011

Panggil saya, bang Jajang saja

Hoi, ini postingan seorang laki-laki di blog yang adminnya rerata wanita semua :D
Sebelum nulis lebih jauh, kenalan dulu dah sama saya punya diri, nama saya Jajang, kalo di akta lengkapnya Jajang Nurjaman, nama yang cukup pasaran di ranah Jawa Barat, tanah pasundan. Ya, kalo kata seorang dosen dan teman-teman, muka saya sih agak mendukung buat jadi sunda, tapi saya pure 100% seorang betawi, dari lahir sampe sekarang mentok tinggal di depok.
Sedikit sejarah nama saya, konon, kata babeh saya, pas emak saya ngelahirin, nah ada pemain bola Persib Bandung, namanya Jajang Nurjaman, dikasihlah saya nama itu, harapannya si biar saya bisa main sepakbola, jadi pemain professional, kadung niat si babeh ampe sekarang ga kesampaian, *map ye beh*, nah emak saya pengennya bukan Nurjaman, tapi Nurzaman, beda tipis kan antara J ama Z, perjalanan nama Jajang Nurjaman, sukses sampe saya lulus TK, tapi pas saya SD, nama saya berubah jadi Jajang Nurjaman, pake J, bukan Z, *mungkin yang nulis orang sunda yg susah melafalkan Z kali waktu itu*, jadilah nama saya Jajang Nurjaman, sampai di akte (tahun 97 alias 10 tahun setelah saya lahir) saya menjadi Jajang Nurjaman.
Cerita di atas nama resmi saya, lain lagi dengan nama panggilan, di rumah, saya biasa dipanggil Jajang, atau kadang-kadang, seringnya, dipanggil gendut oleh abang saya dan babeh, si emak juga ikutan manggil saya gendut, mungkin ini sebabnya saya ga bisa lebih kurus sedikit, kan nama doa, kalo dipanggil gendut terus, ya saya didoakan jadi gendut, :D. Beranjak SD, saya dapet nama panggilan baru, JADUT, tetep aja didoakan jadi gendut, lah singkatannya Jajang Gendut, nasib-nasib ga jauh-jauh dari gendut, nama ini bertahan sampe temen-temen SMP saya memanggil dengan sebutan ini. SMA, saya dipanggil BIGGUY, ini karena badan saya yang tinggi besar, lumayan kata gendut hilang disini, kuliah, back to JAJANG, tapi perlahan temen-temen mulai manggil saya JJG, ini katanya inisial kalo saya jadi dosen di jurusan saya (nanti saya posting kisah saya melamar jadi dosen, yang ga jadi di kesempatan berikutnya), sampe di kantor sekarang, saya dipanggil GABUN, alias Gajah Buntal, ini sebutan dari seorang calon Phd. Universitas Leiden, yang kebetulan saya jadi asistennya untuk meneliti, dan sontak menular ke seluruh kantor (akibat jejaring social tentunya), nasib jadi orang gendut, panggilannya ga jauh-jauh dari gendut, gapapa, kalo kata si Shopis, itu kan tandanya sayang, ya ngga Nis? :D
Shakespeare pernah bilang kan, what is in a name? jadi, ga masalah buat saya untuk memanggil saya, cukup bangga koq dengan keadaan saya sekarang ini, sekian deh kenalan dari saya, ananti di post-post selanjutnya, saya akan berkisah yang lain, cheeeerrss…

-Think BIG, because I am BIG, so others will consider you as a BIG person-

Monday, September 19, 2011

Akulah Si Sophis!

Heihooo...sebelum mencoret-coret blog ini lebih jauh, saya mau pamer biodata dulu. Hehehe, kan, sesuai dengan slogan, tak kenal maka tak sayang...

Nama beken saya di dunia maya adalah Anisa Sophis! Kalau di dunia nyata bisa jadi Annisa atau noni, tinggal pilih saja sesuka dan seenak manggilnya.

Nah, kalau teman kampus terutama Sastra Belanda UI 2004, nafsu banget mereka manggil saya Oneng, Once. Errr, ini, nih namanya merusak image saya. Katanya, ini karakter sifat saya yang suka plonga-plongo. Tapi, saya anggap itu adalah panggilan sayang, hihihi. Biar kata mereka saya oneng apa once tapi, kan saya baik hati dan tidak sombong (mudah-mudahan gak pada muntah, yah! ;p)

Nah, beda lagi kalau di kalangan teman-teman SMU, mereka senang memanggil saya dengan sebutan Tulank! Maak, badan saya emang kurus, sih tapi enggak kayak tulang tengkorak juga!

Beragam nama julukan ini menandakan kalau saya cukup menarik perhatian dari teman-teman, entah itu karena positif negatif yang penting intinya, saya dapet attention, kan dari mereka. Makin-makin, deh, mual yang baca ini.

Belakangan ini, saya lebih suka menggunakan nama Sophis atau Anisa Sophis buat akun twitter. Lebih tepatnya, memfokuskan nama di dunia maya dengan sebutan embel-embel sophis. Nama ini sukses membuat saya beken di ruangan Publisher di kantor. Begitu saya datang, mereka menyambut dengan sapaan, "Hai, Sophis!" wakakakakak, dengan santai dan senyum terindah saya membalasnya,"Hai, semua".

Padahal mereka tahu, lho, sejarahnya, kenapa ada nama embel-embel sophis dan sesungguhnya alasan itu membuat mereka terheran-heran plus enek, tapi tetap saja ujung-ujungnya mereka sebut juga. Sukses, deh, saya!

Munculnya nama sophis punya sedikit cerita. Nama itu saya ambil dari kepanjangan sophisticated. Lalu, saya punya ide cantik menggabungkan nama anisa dan sophisticated, biar lebih singkat jadilah Anisa Sophis. Semoga dengan nama itu, saya selalu menjadi orang yang sophisticated, begitu harapannya. Hehehe.

- Sophis -

Thursday, August 25, 2011

About me, just adis ...


Berhubung ini blog bersama-sama..maka saya akan jadikan blog ini ajang narsis! Yeay!
Tapi apa yang mau saya narsiskan ya? Sejak dulu saya bingung kalau harus menceritakan diri sendiri, enaknya memang diadopsi ke dalam kisah fiksi, rasanya lebih bebas dan nyaman. Tapi baiklah, saya punya sedikit cerita tentang diri saya, akan saya coba tuliskan..   
Suami saya bekerja sebagai seorang terapis, saya sudah berkali-kali diterapi olehnya untuk ‘mengobati’ berbagai pobia dan hal-hal lainnya yang menggangu hidup saya. Saya sudah diterapi untuk memaafkan beberapa orang yang menyakiti saya, saya sudah diterapi untuk tak takut terhadap beberapa hal. Namun, ada satu hal yang belum sempat terlaksana hingga kini, padahal sesungguhnya ini sangat menggangu saya. Apakah itu?
Saya takut TINGGI!
Oke, ini bukan narsis ya, tapi buka aib. Karena udah terlanjur di tulis, mari kita lanjutkan dengan harapan listrik mendadak mati. Satu, dua, tiga. Ah, ternyata listriknya tak mati juga. Baiklah saya lanjutkan, mudah-mudahan mendadak koneksi internetnya lambat dan saya batal posting. 
Pengalaman bodoh saya...
1.       Dari semua permainan di Dufan saya takut dengan dua permainan. Pertama Rajawali, kedua Bianglala. Yes, Bianglala. Bahkan bocah baru lahir aja boleh naik Bianglala kenapa saya gak berani? Silakan tantang saya naik apa saja asal TIDAK dua permainan tadi. Halilintar saya pernah naik 4 kali berturut-turut tanpa mules, tanpa panik, tanpa takut sama sekali. Halilintar memang naik ke atas, tapi luncurannya juga sangat cepat hingga tak begitu terasa. Suatu waktu saya ke Dufan dengan teman-teman saya, sore hari mereka mengajak saya naik Bianglala. Mereka bilang romantis loh lihat sunset. Saya tau kemampuan saya, saya pasti gak betah ada di atas. Tapi karena mau uji nyali maka saya pun nekad naik wahana itu. Hasilnya? Teman saya sampai gak tega lihat saya yang cuma mematung di Bianglala sampai tidak bisa bergerak. Saya pun bertanya dalam hati : DIMANA ROMANTISNYAAAA??

2.       Saya benci take off! Padahal kalau Take off diminta untuk buka kaca jendela pesawat, tapi justru itu yang bikin jantung saya detaknya kaya orang marathon keliling Indonesia. Ah, makanya saya menghindari transit, gila masa saya harus dua kali take off untuk satu kali perjalanan domestik. Tapi ketika saya sudah di atas awan saya akan lebih tenang. Kalau daratan mulai terlihat lagi, ah saya dag dig dug lagi. Rasanya mau terjun payung aja. Eh, terjun payung lebih parah ya? Oke, saya berharap si pilot ngebut dan cepaaaaat sampai tujuan gak pake lama.

3.       Saya ga minat bunge Jumping!! Oke, silakan bilang saya cupu, gak punya nyali. Tapi serius saya tidak minat. Rasanya kalau dipaksa saya bisa pingsan di atas menaranya. Pengalaman saya flying fish di Benoa yang tingginya tidak seberapa saja jantung saya seperti mau misah dan kecebur ke laut. Semua yang pernah naik flying fish tau kan itu tingginya tidak ada apa-apanya dibandingkan paralayang? Jauuuuuh bangeeet! Flying Fish yang seharusnya menyenangkan justru menjadi uji detak jantung buat saya. Adik saya yang di sebelah saya bisa loh ketawa-ketawa naik flying fish, saya? Ya bisa tebak sendiri ya. Saya tutup mata sajalah, karena cipratan air garam dari laut bikin mata saya perih.


4.       Ehm, ini yang terakhir dan mudah-mudahan gak ada hal bodoh lagi. Saya takut naik gondola di Taman Mini! Iya, iya..ini kedengarannya gak banget ya. Kalau orang lirik kiri kanan sampai putar leher buat liat pemandangan, saya? No. Saya nunduk liatin sepatu sendiri yang sebenarnya gak akan berubah juga jadi sepatu kaca biar saya lihatin terus.
Oke, cukup menyiksa bukan? Padahal begitu banyak hal indah di dunia ini yang bisa dilihat dari ketinggian. Saya lewati berbagai kesempatan itu, seperti kehilangan sunset yang tampak cemerlang dari atas Bianglala, pegununggan di Bali dan Pantai Kuta yang terlihat menawan tepat menjelang landing,  atau sekedar miniatur Taman Mini yang membuat kita bangga memiliki negeri semegah ini.
Tak semua orang memiliki ketakutan pada ketinggian seperti saya, banyak orang dengan berbagai ketakutan lainnya. Namun apapun itu semua ada ada pikiran kita, bagaimana pikiran kita mampu mengendalikan diri kita. Bebaskan saja dirimu, karena kamu yang punya kendali atas tubuhmu.
Dan saya? Saya pasti bisa keluar dari kephobian ini. Segera. Silakan tantang saya terjun payung!
Pingsan.  


Ya ampun, ini listrik tumben gak mati, terus modem koneksinya kenapa cepet banget ya. Duh, di posting deh nih.. 

Kadang Cinta

Kadang cinta berjalan mulus
Kadang cinta tak punya celah
Kadang cinta begitu dekat untuk mejadi nyata

Namun kadang cinta perlu diperjuangkan
Namun kadang cinta perlu menjadi menurut
Namun kadang cinta tak lebih mulia dari ibu
Namun kadang cinta harus mengalah atau
majulah perlahan..

Tuesday, August 9, 2011

Jual Diri

Haluuu,

Ini adalah posting pertama saya di blog yang ditulis bersama-sama dengan Meida, Jajang, Oneng dan Friska.

Saya mau kenalin diri ah, mau jual diri di blog ini. Inleiding atau pembukaan supaya kalian para pembaca bisa tahu siapa sih Rizky Amelia atau yang sering dipanggil Iboy ini?

Tolong jangan anggap saya gila ya. Saya mau bikin wawancara imajiner ekslusif dengan diri saya sendiri.

Q: Hai, boleh tahu nama kamu siapa?
A: Iboy. Eh, nama lengkapnya Rizky Amelia.

Q: Kenapa Iboy?
A: Kasih tahu nggak yaaa? [Kepala godeg-godeg] Males ah, jelasin sejarah nama Iboy. Baca blog pribadi saya aja... www.iboylogy.blogspot.com

Q: Ok, nanti saya baca deh. Lalu kamu sibuk apa sekarang?
A: Ya kerja lah!!

Q: Kerja apa?
A: Pekerjaan paling nikmat di dunia. Cuma disuruh ketemu orang, ngobrol sama orang itu dan hasil ngobrolnya ditulis.

Q: Wah seru ya kerjaan kamu..
A: Ya gitu deh..

Q: Hobi kamu apa?
A: Nulis.. Curhat di blog dan tidur.

Q: Pas dong hobi sama kerjaan kamu.. Pasti kamu nikmatin banget yah?
A: Kata siapa? Pekerjaan saya ini kadang bikin saya muak. Soalnya jadi tahu borok-boroknya negeri ini...

Q: Selain suka nulis, kamu suka apa lagi?
A: Suka film tapi jarang nonton film dan ke bioskop. Hehe. Oh ya, saya juga suka musik. Fleksibel, semua jenis musik saya dengar. Tapi paling suka sama Westlife dan boyband era '90an deh.

Q: Kamu nonton Westlife dong Oktober nanti?

A: Belom dapet tiketnya :'( tapi saya yakin pasti saya bakal nonton Westlife live di Jakarta.

Q: Ngomong-ngomong kamu udah punya pacar belom?

A: Belom. Ayo dong promosiin saya. Biar saya cepetan dapet pacar dan nikah.

Q: Pengen nikah muda?

A: Kalau pasangannya udah ada, ya hayuklah nikah muda. Tapi masalahnya pasangannya nggak ada...

Q: Kasihan...
A: Nggak perlu dikasihani yaaaa...

Q: Mimpi kamu apa?

A: Mau ke Belanda, mau sekolah di sana. Pokoknya mau ke Eropa..

Q: Kenapa suka Belanda?
A: Karna saya menguasai bahasa Belanda dan sudah belajar soal kebudayaannya. Penasaran pengen ngerasain langsung apa yang selama ini sudah saya pelajari..

Q: Kira-kira kapan mau ke Belanda?

A: Haddduuuuh, kapan ya? A.S.A.P!!!

Q: Aku doain deh ya... Semangat yaaa :)
A: Makasih...

Q: Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya ;)

A: Anytime ;)


Sekian.